Sinopsis:
Louise, si gadis pecinta bunga matahari, memutuskan melarikan diri ke Belanda untuk membuka lembaran baru setelah kematian cinta pertamanya, Davin. Di sana ia berniat melanjutkan kuliah dan melupakan segala hal yang berhubungan dengan cinta. Tetapi, takdir malah mempertemukannya dengan Ben, saudara kembar Davin. Perasaan Louise campur aduk, kenangan akan Davin menariknya kepada Ben.
Namun, seakan hidup Louise belum cukup membingungkan, takdir malah memperumitnya dengan menghadirkan kembali Gerard, pria ang juga pernah mengisi hidupnya dan telah beberapa tahun telah menghilang.
Dibayangi kenangan dan balutan kebimbangan, bisakah Louise menemukan Bunga Matahari-nya yang sejati?
***
Novel yang menarik untuk dibaca, saya sudah baca untuk yang kedua kalinya . Di balut dengan cover yang simple tapi sangat indah. Cerita yang dimulai dengan seorang gadis bernama Louise menyukai diam-diam pria bernama Davin sejak kelas empat SD, dan perasaan Louise yang tidak berubah sampai dia harus bebas dari seragam putih-abu-abu-nya.
Novel ini menampilkan banyak konflik yang membuat para pembaca larut dalam cerita dengan permainan kata yang indah dari ka Ruth. Tapi, kebanyakan jalan cerita yang ada terkesan mellow. Terutama kesedihan, kegundahan, kebimbangan, kegalauan seorang Louise. Saya sampai ikut-ikutan sedih saat Louise harus kehilangan cinta pertamanya, lalu harus kehilangan lagi cintanya yang ada di Amsterdam.
Novel ini special. Ada jalan cerita yang berlatar belakang kota kincir angin, pembaca bisa berimajinasi betapa indah kota tersebut dengan di payungin awan abu-abu yang lembut. Jalan cerita semakin seru saat Louise bertemu dengan saudara kembar Davin, yaitu Ben. Menjungkir balikkan dunia Louise dengan kehadirannya, cintanya, sayangnya seorang Ben yang menggantikan seorang Davin. Jalan ceritanya yang manis menurut saya saat Louise bersama Ben.
Banyak adegan romantic yang disajikan dalam novel ini, yang membuat para pembaca khususnyna perempuan pasti merasa iri pada seorang Louise. Adegan romantis saat Gerard menyatakan cintanya pada Louise di atap apartement-nya, adegan romantis saat Ben berlibur bersama Louise dan Ben menyatakan perasaannya, adegan romantis Ben saat dia melamar Louise. Dan adegan yang paling saya suka adalah saat Gerard melamar Louise dan adegan pernikahan mereka. Ikrar sepasang suami-istri di sebuah gereja kecil yang di bangun oleh Louise, sangat manis ditambah iringan paduan suara anak kecil. Sepasang suami-istri yang mengikrarkan janji mereka untuk hidup bersama sampai maut memisahkan mereka.
Akhirnya setelah begitu banyak konflik ini-itu, cerita dalam novel ini di tutup dengan ending yang sangat indah, romantis, manis, rapi, mengharukan.
Mereka mencintai aku seperti bunga matahari. Dan aku mencintai mereka seperti warna abu-abu. Tidak memihak kepada siapa-siapa. Aku memberikan cinta yang sama seperti warna abu-abu. Abu-abu yang tidak hitam dan tidak putih.
-Ntsy :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar